Masukuniversitas.com, artikel pendidikan: pengaruh pola asuh terhadap pembentukan karakter anak. Anda pasti akan merasa miris jika melihat anak sekarang yang jauh dari kata berkarakter. Misalnya saja dalam bergaul, dalam bersikap terhadap orang tua, dan dalam menjawab tantangan-tantangan di zamannya. Tapi tahukah Anda jika terbentuknya karakter itu dipengaruhi oleh pola asuh dari orang tuanya? Nah, di artikel pendidikan ini kami akan bahas secara mendalam, apa dan kenapa bisa berpengaruh.
Perihal pola asuh ini perlu dipahami oleh semua orang tua, pasalnya orang tualah tonggak dari pengasuhan itu sendiri. Selain itu orang tua yang bertanggung jawab penuh terhadap karakter anak yang terbentuk. Bukankah semua orang tua sebenarnya menginginkan apa-apa yang terbaik buat anaknya?
Artikel pendidikan tentang pembentukan karakter anak
Judul: Pengaruh pola asuh terhadap pembentukan karakter anak
Pola asuh otoriter
Orang tua dengan gaya pengasuhan otoriter akan mengendalikan seluruh kehidupan anak. Mulai dari cara bersikap, makanan yang harus dimakan, hingga perihal memilih jurusan saat kuliah nanti. Orang tua dengan gaya pengasuhan seperti ini pun mengharapkan anak selalu patuh, tidak boleh banyak tanya, dan tidak boleh menentang peraturan yang ditetapkan oleh orang tua. Dan ketika ada permasalahan terhadap anak, maka orang tua akan menyelesaikannya dengan menggunakan kekuasaan dan perintah.
Pada gaya pengasuhan otoriter, tindakan seperti mengancam, menyalahkan, mempermalukan, dan memberi hukuman, merupakan tindakan yang kerap dilakukan terhadap anak. Jadi, orang tua pada pola asuh ini memposisikan diri sebagai polisi, hakim dan sipir penjara. Mereka selalu punya hasrat untuk menyelidiki kenakalan anak-anaknya, dan tidak pernah membuka ruang diskusi, apalagi menerima saran dari anak-anak.
Nah, dalam artikel pendidikan ini, maka kita akan melihat dampak dari pola pengasuhan otoriter seperti ini. Jika anak dididik dengan pola asuh otoriter, maka anak cenderung melimpahkan tanggung jawab kepada guru dan orang tua, mereka cenderung kurang berinisiatif untuk menyelesaikan masalah dan apatis dalam melaksanakan tanggung jawab.
Dan yang sangat berbahaya dengan pengasuhan seperti ini adalah anak meniru bagaimana cara-cara yang dilakukan oleh orang tuanya. Mereka pun akan menggunakan kekuatan, kekuasaan, kekerasan,serta menyakiti orang lain saat berkomunikasi dan menyelesaikan permasalahan.
Pola asuh permisif
Saking sayangnya orang tua kepada anak, biasanya akan menjerumuskan mereka pada pola asuh yang permisif, yaitu pola asuh yang selalu melayani dan memberikan apa saja yang diinginkan oleh anaknya. Padahal, anak-anaknya sudah mampu untuk melakukannya sendiri. Pada kasus pengasuhan permisif ini, orang tua sama sekali tidak memegang kendali kepada anaknya, tidak ada tuntutan apapun, dan tidak memberikan batasan-batasan, jika pun ada batasan, namun tidak dilakukan secara konsisten.
Biasanya orang tua dengan gaya pengasuhan permisif akan sering memberikan kesempatan kedua kepada anaknya, sering menjanjikan sesuatu, sering mengingatkan, melakukan tawar menawar, menceramahi. Namun apa yang terjadi pada anaknya? Anak justru menjadi kurang matang dalam aspek emosi dan sosial, dan anak yang dibesarkan dengan gaya permisif akan sulit menerima jika apa yang diinginkan tidak terpenuhi.
Tapi tidak sebatas itu saja dampak dari pengasuhan yang permisif, pengasuhan ini pun membuat anak jadi sering menguji batas-batas aturan yang dibuat orang tua, pasalnya anak melihat pola bahwa orang tuanya tidak konsisten dalam menjalankan aturan yang telah dibuat, sehingga mereka sering menentang, melanggar serta mengabaikan apa yang dikatakan oleh orang tua.
Nah, dari dua pola pengasuhan yang dijelaskan dalam artikel pendidikan ini, kita bisa melihat betapa pola asuh itu berdampak pada pembentukan karakter anak, terlalu mengendalikan juga kurang tepat, dan terlalu permisif pun demikian. Lalu, bagaimana dengan gaya pengasuhan lainnya, kita lanjutkan yuk!
Pola asuh neglectful
Setelah melihat gaya pengasuhan yang sangat mengendalikan dan sangat menuruti keinginan anak. Maka sekarang saatnya kita melihat gaya pengasuhan yang berbeda lagi, yaitu pola asuh neglectful. Pada pola asuh ini, orang tua cenderung berfokus pada diri sendiri, bukan pada apa yang dibutuhkan oleh anak. Orang tua cenderung untuk tidak peduli dan lambat merepon apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak, bahkan mereka tidak tau banyak tentang anaknya, tentang apa yang dirasakan, dan tentang apa yang diinginkan oleh anak.
Wah, berarti sedih sekali ya anak yang memiliki orang tua seperti ini? Nah, bagi Anda yang membaca artikel pendidikan ini, maka Anda jangan menggunakan gaya pengasuhan yang seperti ini ya? Karena mengasuh dengan cara ini bisa memberikan dampak yang buruk kepada anak. Anak akan selalu merasa bahwa dirinya kurang dihargai dan anak ini akan tumbuh menjadi anak yang kurang percaya diri. Dan karena tidak mendapatkan perhatian dari orang tuanya, maka ia bisa jadi mencari perhatian dengan berbagai cara di luaran sana.
Pola asuh demokratis
Beralih dari gaya pengasuhan dengan dosis yang tidak tepat, maka kita akan melihat bagaimana gaya pengasuhan yang sebaiknya kita gunakan. Dan gaya pengasuhan itu adalah pola asuh demokratis. Orang tua dengan pola asuh demokratis akan mencintai, memahami dan menerima anak apa adanya, namun ia pun akan bersikap tegas dengan aturan-aturan yang telah disepakati bersama.
Saat mau mendisiplikan anak, maka orang tua dengan pola asuh demokratis akan menjelaskan alasan di balik peraturan atau ekspektasi yang diberikan, sehingga mau tidak mau akan terbangun budaya berdiskusi antara orang tua dan anak. Di satu sisi ia mengarahkan anaknya, namun di sisi lain ia menghargai pendapat dan keputusan anak. Dan anak yang diperlakukan dengan cara seperti ini akan merasa aman untuk melakukan ekplorasi dan berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri.
Bagaimana, kira-kira selama ini Anda menerapkan gaya pengasuhan yang seperti apa? Semoga dengan membaca artikel pendidikan ini, paradigma Anda dalam mengasuh anak akan bergeser ke cara-cara yang lebih demokratis. Nah, semoga informasi diatas bermanfaat.
Sumber: media.iyaa.com/article/2016/Ada-6-tipe-pola-asuh-orangtua-kepada-anak (diakses februari 2017)