Kami dari masukuniversitas.com: website pendidikan, terlebih dahulu mengucapkan selamat hari guru nasional Indonesia.
Peramu insan cendekia, gelar tersebut erat kaitannya dengan sang pencetak generasi-generasi muda yang profesional, kreatif, inovatif, dan memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata. Generasi muda tersebut tentunya tidak dapat secara instan menjadi seperti yang diharapkan. Perlu adanya tahapan demi tahapan yang harus dilalui layaknya proses karantina pendidikan. Pada proses tersebut, guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa menjadi aktor protagonis layaknya pada film-film ternama.
Tertanggal 25 November, Indonesia sebagai negara ibu pertiwi memeringati hari guru nasional. Tanggal tersebut ditetapkan bebarengan dengan hari Persatuan Guru Republik Indonesia. Hari Guru Nasional memiliki keistimewaan yakni tidak dirayakan dengan berlibur ria. Namun sebaliknya. Dirayakan dengan upacara dan pemberian penghargaan kepada guru-guru yang memiliki prestasi dan kesetiaan tinggi terhadap pendidikan. Perayaan ini tidak jauh berbeda dengan perayaan Hari Pendidikan Nasional, mengingat bahwa pada hari tersebut yang jatuh pada tanggal 2 Mei, tidak dirayakan dengan libur tanggal merah, melainkan dengan upacara demi mengingat semangat pendidikan di bumi nusantara.
Tokoh pahlawan pendidikan Nasional
Ki Hajar Dewantoro merupakan tokoh yang selalu dikenang dalam ranag pendidikan. Tokoh pahlawan nasional yang memiliki nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat ini memiliki ajaran yang digunakan hingga kini, yakni:
Ing ngarsa sung tuladha memiliki makna bahwa di depan memberi teladan, maksudnya adalah apabila seseorang memiliki jabatan hendaknya memberi suri tauladan yang baik kepada setiap bawahannya sehingga dapat ditiru dan dijadikan pedoman kebaikan.
Ing madya mangun karsa artinya ditengah memberikan peluang, tujuannya adalah bagi siapapun yang ada di tengah masyarakat, ataupun ditengah suatu organisasi, berikanlah terobosan-terobosan yang menjadi peluang keberhasilan dalam jangka waktu yang panjang.
Tut wuri handayani ialah dibelakang memberi dorongan. Inilah semboyan yang sampai saat ini digunakan di dunia pendidikan.
Ucapan yang sangat menyentuh kalbu bagi seorang guru sering dikumandangkan, entah berupa puisi, lagu, cindera mata bahkan berupa poster ataupun brosur. Pada lagu yang sering dikumandangkan ialah dengan judul ‘Trima kasihku’. Kan ku ingat slalu nasehat guruku. Salah satu liriknya mengingatkan kita bahwa setiap nasehat yang diberikan oleh seorang guru selalu bermaksud untuk mengantarkan anak didiknya menjadi lebih baik setiap waktu.
Ucapan selamat Hari Guru Nasional Indonesia 2020
Ucapan hari guru nasional yang tertuang pada lirik lagu membuat setiap hati orang yang mendengarkan bergejolak luar biasa menyentuh sanubari. Ucapan dari Bapak Sartono, sang pengarang lagu Hymne Guru, dalam liriknya mengatakan bahwa guru adalah pelita dalam kegelapan, sebagai embun penyejuk dalam kehausan, sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Untaian kata-kata tersebut menggambarkan sosok seorang guru yang mampu kebodohan dan menggantikannya dengan kemampuan dan kompetensi.
Seorang guru yang mampu memberikan semangat belajar dan semangat mencoba kepada anak didiknya yang mulai nampak putus asa. Memberikan kepada murid-muridnya harapan dan cita-cita sesuai keinginannya, dan memberikan cara serta metode untuk menggapai cita-cita tersebut dengan optimisme. Dan yang terakhir, guru memberikan semua ilmunya tanpa adanya harapan bahwa ilmu tersebut harus diganti dengan tanda jasa, keikhlasan guru inilah yang menjadikan pelajar lebih mudah menyerap ilmu yang diberikan oleh sesosok guru. Namun bagaimana dengan sosok guru saat ini yang menerima tanda jasa yang boleh dibilang cukup besar?
Rekomendasi artikel lain,
Esensi dari tanda jasa merupakan salah satu cara untuk menyejahterakan tenaga pendidik. Namun demikian profesionalitas kerja tetap lebih diutamakan. Dengan adanya nominal fee diharapkan etos kerja dan profesionalitas guru terjaga demi keberlangsungan generasi muda yang kompetitif. Terlebih saat ini Indonesia memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean, dimana pasar dibuka secara bebas, persaingan dunia kerja semakin kompetitif dan lapangan kerja akan semakin sempit.
Dengan demikian profesional fee dan ucapan terima kasih haruslah menjadi pemacu semangat bagi para guru untuk mendidik secara kreatif, memberikan pendidikan sesuai ekspektasi pemerintah dan orang tua dari anak didik. Membayar tuntas dengan capaian-capaian prestasi sang murid, mengantarkan mereka ke gerbang kesuksesan. Guru yang seperti itulah yang menjadi harapan bangsa, sebagai peramu insan cendekia.
Semangat perjuangan para Guru
Di Indonesia, guru yang benar-benar memiliki semangat perjuangan yang tinggi, acap kali malah menerima ‘gaji’ yang tidak sepadan dengan usahanya. Seperti guru-guru honorer yang memiliki keinginan memberikan prestasi kepada sekolah yang menjadi ladangnya. Meluangkan banyak waktu dan mengorbankan kepentingan pribadi demi kemajuan sekolahannya. Kejadian ini sering dijumpai pada daerah-daerah yang ada di perbatasan. Daerah perbatasan memiliki keterbatasan infrastruktur, sehingga guru dituntut untuk kreatif serta inovatif dalam mengajar, menggunakan alat seadanya demi menyalurkan ilmu yang dimiliki.
Guru merupakan estafet dari pemerintah yang memiliki ekspektasi ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’ tertuang pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Estafet tersebut tentunya tidak serta merta membuat guru dimudahkan. Jika mengingat film ‘Tanah Surga Katanya’ yang menceritakan kehidupan daerah perbatasan di Pulau Kalimantan.
Film yang disutradarai oleh Herwin Novianto ini menggambarkan sosok guru yang sangat sabar menghadapi ujian dunia perbatasan. Dengan segala fasilitas yang serba terbatas, guru tersebut masih dituntut untuk memberikan ilmu yang dapat mensukseskan mereka. Ironisnya, pada film tersebut digambarkan bahwa murid-murid yang ada disana tidak tahu lagu kebangsaan indonesia raya dan tidak tahu bendera indonesia. Ujian kesabaran yang luar biasa, dan gaji yang diberikan oleh pemerintahpun susah digunakan karena disana menggunakan mata uang Ringgit Malaysia.
Pada film tersebut diceritakan bahwa guru di daerah perbatasan memiliki semangat yang jauh lebih besar dari pada guru yang ada di daerah metropolis. Pasalnya, mereka tidak hanya mengajar disaat ada jam pelajaran sekolah saja, namun mereka juga bersedia untuk membantu setiap saat tenaganya dibutuhkan. Guru yang seperti inilah yang layak dan pantas diberi gelar ‘Pahlawan tanpa tanda jasa’.
Profesionalitas seorang guru di kawasan perkotaan saat ini sedang diuji. Bagaimana tetap menjaga konsistensi kreatifitas mereka dalam memberikan ilmu. Serta mengesampingkan nilai nominal fee yang diberikan. Seperti tidak layak memandang ratusan guru melakukan aksi turun ke jalan demi mendapatkan SK (Surat Keputusan) PNS (Pegawai Negeri Sipil). Berbondong-bondong demonstrasi demi mendapatkan upah yang banyak tanpa menimbang apakah kontribusi yang diberikan sudah termasuk layak. Tidakkah malu dengan para guru di daerah perbatasan yang tidak ingin angkat bicara perihal upah yang diterimanya.
Keikhlasan dari seorang ‘Pahlawan’ ini memang seharusnya mulai dibina ulang agar mendapatkan pelajar-pelajar berprestasi di seluruh bidang ilmu dan teknologi di bumi pertiwi ini.
“Selamat hari guru nasional kepada semua guru yang berada di seluruh nusantara, jasa kalian akan selalu dikenang disetiap sanubari bangsa, tetaplah menjadi pelita bangsa, pembentuk karakter, seorang yang selalu gigih dalam mendidik. Segalanya tidak akan terlupakan dan akan selalu kami kenang”.
Dengan demikian ucapan-ucapan yang diberikan kepada setiap guru di hari guru nasional memiliki harapan. Semoga guru-guru yang ada di seluruh nusantara tetap ikhlas memberikan ilmu dan doa kepada seluruh siswanya, sehingga mencetak generasi-generasi muda yang luar biasa.
Sekali lagi, kepada teman-teman yang tidak ingat hari guru nasional tanggal berapa? Maka, jawaban yang benar hari guru nasional diperingati pada tanggal 25 November. Disetiap tanggal dan bulan tersebut kita pastinya selalu memperingati hari guru nasional. Mari kita ucapkan selamat hari Guru buat guru-guru kita tercinta di Indonesia. Sekian.